KARYA SASTRA
BESERTA CONTOH KARYANYA
Karya
Sastra Angkatan 20-an
Disebut Angkatan Dua Puluhan
karena novel yang pertama kali terbitadalah novel Azab
dan Sengsara
yang diterbitkan pada tahun 1921 oleh Merari siregar. Disebut pula
sebagai Angkatan Balai Pustaka karna karya-karya tersebut banyak
diterbitkan oleh penerbit Balai Pustaka.
1. Nur Sutan Iskandar
Lahir di Maninjau tahun 1893
Hasil karyanya:
Lahir di Maninjau tahun 1893
Hasil karyanya:
a. Karangan asli
Salah pilih (dikarang dengan nama samaran Nur Sinah tahun 1928), Karena Mertua (tahun 1932), Hulubalang Raja (novel sejarah oleh Teeuw dipandang yang terbaik), Katak Hendak Jadi lembu, Neraka Dunia (1973), Cinta tanah Air (novel yang terbit pada jaman Jepang tahun1944), Mutiara (1946), Cobaan (1947), Cinta dan Kewajiban (dikarang bersama dengan I.Wairata).
Salah pilih (dikarang dengan nama samaran Nur Sinah tahun 1928), Karena Mertua (tahun 1932), Hulubalang Raja (novel sejarah oleh Teeuw dipandang yang terbaik), Katak Hendak Jadi lembu, Neraka Dunia (1973), Cinta tanah Air (novel yang terbit pada jaman Jepang tahun1944), Mutiara (1946), Cobaan (1947), Cinta dan Kewajiban (dikarang bersama dengan I.Wairata).
b. Karangan terjemahan
Anjing Setan – A. Canon Doyle, Gidang Intan Nabi Sulaiman – Rider Haggard, Kasih Beramuk dalam Hati – Beatrice Harraday, Tiga Panglima Perang - Alexander Dumas, Graaf De Monto Cristo – Alexander Dumas, Iman dan Pengasihan – H Sien Klewiex, Sepanjang Gaaris kehidupan – R Casimir.
Anjing Setan – A. Canon Doyle, Gidang Intan Nabi Sulaiman – Rider Haggard, Kasih Beramuk dalam Hati – Beatrice Harraday, Tiga Panglima Perang - Alexander Dumas, Graaf De Monto Cristo – Alexander Dumas, Iman dan Pengasihan – H Sien Klewiex, Sepanjang Gaaris kehidupan – R Casimir.
c. Karangan saduran
Pengajaran Di Swedwn – Jan Lightair, Pengalaman Masa Kecil – Jan Lighard, Pelik-pelik Kehidupan – Jan Lighard, Si Bakil – Moliere Lavare, Abu Nawas, Jager Bali, Korban Karena Penciiptaan, Apa Dayaku karena Aku Seoarng Perempuan, Dewi Rimba
Pengajaran Di Swedwn – Jan Lightair, Pengalaman Masa Kecil – Jan Lighard, Pelik-pelik Kehidupan – Jan Lighard, Si Bakil – Moliere Lavare, Abu Nawas, Jager Bali, Korban Karena Penciiptaan, Apa Dayaku karena Aku Seoarng Perempuan, Dewi Rimba
d. Catatan harian
Ujian Masa (21-7-1947 s/d 1-4-1948)
Ujian Masa (21-7-1947 s/d 1-4-1948)
2. Abdul Muis
Lahir di Minangkabau
Hasil karyannya : Salah Asuhan (1928), Pertemuan Jodoh (1933), Suropati (1950) - novel sejarah, Robert Anak suropati (1953) – novel sejarah, Sebatang Kara (Hector Mallot) – karangan terjemahan.
Lahir di Minangkabau
Hasil karyannya : Salah Asuhan (1928), Pertemuan Jodoh (1933), Suropati (1950) - novel sejarah, Robert Anak suropati (1953) – novel sejarah, Sebatang Kara (Hector Mallot) – karangan terjemahan.
3. Marah Rusli
Lahir di Padang 7 Agustus 1989 dan meninggal di Bandung 17 Januari 1968.
Karya-karyanya: Siti Nurbaya (1922) – Sub judul Kasih Tak Sampai, Anak dan Kemenakan (1956), Memang Jodoh – La Harni (1952).
Lahir di Padang 7 Agustus 1989 dan meninggal di Bandung 17 Januari 1968.
Karya-karyanya: Siti Nurbaya (1922) – Sub judul Kasih Tak Sampai, Anak dan Kemenakan (1956), Memang Jodoh – La Harni (1952).
4. Aman Datuk Majaindo
Lahir di Solok pada tahun 1896.
Karya-karyanya: Si Doel Anak Betawi (cerita anak-anak), Anak Desa (cerita anak-anak), Si Cebol Rindukan Bulan (1934), Menebus Dosa, Perbuatan Dukun - Rusmala dewi (dikarang bersama S. Harja Sumarta), Sebabnya Rapiah Tersesat (1934), Syair Si Banso (Gadis Durhaka) terbit tahun 1931 – Kumpulan Syair, Syair Gul Bakawali (1936) – Kumpulan Syair.
Lahir di Solok pada tahun 1896.
Karya-karyanya: Si Doel Anak Betawi (cerita anak-anak), Anak Desa (cerita anak-anak), Si Cebol Rindukan Bulan (1934), Menebus Dosa, Perbuatan Dukun - Rusmala dewi (dikarang bersama S. Harja Sumarta), Sebabnya Rapiah Tersesat (1934), Syair Si Banso (Gadis Durhaka) terbit tahun 1931 – Kumpulan Syair, Syair Gul Bakawali (1936) – Kumpulan Syair.
5. Muhammad Kasim
Lahir tahun 1886
Karya-karyanya : Pemandangan Dunia Anak-anak, Teman Dukun (kumpulan cerpen), Muda Terung, Pengeran Hindi, Niki Bahtera.
Lahir tahun 1886
Karya-karyanya : Pemandangan Dunia Anak-anak, Teman Dukun (kumpulan cerpen), Muda Terung, Pengeran Hindi, Niki Bahtera.
6. Tulis Sutan Sati
Hasil karyanya:
Hasil karyanya:
a. Karangan yang berbentuk novel:
Tidak Membalas Guna (1932), Memutuskan Pertalian (1932), Sengsara Membaaw Nikmat (1928).
Tidak Membalas Guna (1932), Memutuskan Pertalian (1932), Sengsara Membaaw Nikmat (1928).
b. Cerita lama yang disadur dalam
bentuk syair:
Siti Marhumah yang Saleh, Syair Rosida.
Siti Marhumah yang Saleh, Syair Rosida.
c. Hikayat lama yang ditulis kembali
dalam bentuk prosa liris:
Sabai Nan Aluih
Sabai Nan Aluih
7. Selasih dan Sa’adah Alim
Selasih sering memakai nama samaran Seleguri atau Sinamin.
Lahir tahun 1909
Karya-karyanya: Kalau Tak Ujung (1933), Pengaruh Keadaan (1973).
Sa’adam Alim
Karya-karyanya: Pembalasannya (1941) – sebuah sandiwara, Taman Penghibur Hati (1941) – kumpulan cerpen, Angin Timur angina Barat (Preal S. Buck) – karya terjemahan.
Selasih sering memakai nama samaran Seleguri atau Sinamin.
Lahir tahun 1909
Karya-karyanya: Kalau Tak Ujung (1933), Pengaruh Keadaan (1973).
Sa’adam Alim
Karya-karyanya: Pembalasannya (1941) – sebuah sandiwara, Taman Penghibur Hati (1941) – kumpulan cerpen, Angin Timur angina Barat (Preal S. Buck) – karya terjemahan.
8. Merari Siregar
Hasil karyanya: Azab dan Saengsara (1920)
Hasil karyanya: Azab dan Saengsara (1920)
9. I Gusti Njoman Pandji Tisna
Karya-karyanya: Ni Rawi Ceti Penjual Orang (1935), I Swasta Setahun di Bedahulu (1941), Sukreni Gadis Bali, Dewi Karuna (1938), I Made Widiadi (Kembali Kepada Tuhan)
Karya-karyanya: Ni Rawi Ceti Penjual Orang (1935), I Swasta Setahun di Bedahulu (1941), Sukreni Gadis Bali, Dewi Karuna (1938), I Made Widiadi (Kembali Kepada Tuhan)
10. Paulus Supit
Hasil karyanya: Kasih Ibu (1932)
Hasil karyanya: Kasih Ibu (1932)
11. Suman H.S
Lahir di Bengkalis
Karya-karyanya: Kasih Tak Terlarai (1929), Percobaan Saetia (1931), Mencari Pencuri Anak Perawan (1932), Kawan Bergelut (1938) – Kumpulan Cerpen.
Lahir di Bengkalis
Karya-karyanya: Kasih Tak Terlarai (1929), Percobaan Saetia (1931), Mencari Pencuri Anak Perawan (1932), Kawan Bergelut (1938) – Kumpulan Cerpen.
SALAH
ASUHAN
Abdul
Muis
Hanafi adalah seorang anak
pribumi yang berasal dari Solok. Ibu hanafi adalah seorang janda,
yang suaminya sudah meninggal semenjak hanafi masih kecil. Ibu hanafi
sangat menyayanginya. Meskipun sudah menjanda, ibunya berkeinginan
untuk memandaikan anaknya. Ibunya mengirim Hanafi ke Betawi untuk
bersekolah di HBS. Ibunya selalu berusaha keras untuk selalu memenuhi
segala biaya Hanafi. Selama bersekolah di Betawi, Hanafi dititipkan
kepada keluarga Belanda. Sehingga pergaulan Hanafi tidak lepas dari
orang-orang Belanda. Setelah lulus sekolah di HBS, pergaulannya juga
tidak lepas dari orang-orang Eropa, karena ia bekerja di Kantor BB
sebagai asisten residen di Solok.
Meskipun Hanafi seorang
pribumi asli, tingkah lakunya serta gaya hidupnya sudah berubah
menjadi kebarat-baratan. Bahkan terkadang tingkah lakunya melebihi
orang Belanda asli. Selama ia bergaul dengan orang-orang Eropa dan
setiap hari bersekolah di HBS, Hanafi dekat dengan gadis Eropa yang
bernama Corrie. Dalam kesehariannya Hanafi dan Corrie memanglah
sangat dekat, hubungan keduanya seperti kakak dengan adiknya. Mereka
sering jalan-jalan berdua, main tenis bahkan duduk-duduk sambil
menikmati segelas teh pun juga berdua. Karena hubungan mereka sangat
amat dekat, maka Hanafi pun menganggap pertemanan itu dianggap lain.
Hanafi sayang kepada Corrie,
namun perasaan itu bukan sekedar hanya rasa sayang seorang kakak
kepada adiknya, melainkan rasa sayang sebagai pacar. Setiap hari
Hanafi selalu bertemu dengan Corrie meskipun hanya sebentar saja.
Sikap Corrie kepada Hanaffi juga masih nampak seperti biasanya.
Hingga akhirnya Hanafi memberanikan diri untuk mengungkapkan isi
hatinya kepada Corrie. Namun ketika Hanafi mengungkapkan isi hatinya,
Corrie tidak langsung memberi jawaban kepada Hanafi, melainkan segera
berpamitan pulang dengan alasan yang tidak jelas. Keesokan harinya,
Corrie pergi meninggalkan Solok menuju Betawi. Maka dikirimkan surat
kepada Hanafi, yang isinya penolakan secara halus mengenai pernyataan
Hanafi pada tempo hari.
Corrie merasa sangat tidak
mungkin menerima Hanafi, karena perbedaan budaya antara bangsa melayu
dengan bangsa eropa. Selain itu Corrie juga ditentang oleh ayahnya
jika menikah dengan orang melayu. Karena penolakan tersebut, Hanafi
jatuh sakit selama beberapa hari. Selama dia sakit, Hanafi hanya
dirawat oleh ibunya, dan selama itu pula Hanafi sering mendapat
nasihat dari ibunya. Ibunya menasihati dan membujuk Hanafi agar
menikah dengan Rapiah, yaitu anak mamaknya. Karena pada saat Hanafi
bersekolah di HBS, mamaknyalah yang mencukupi kebutuhan Hanafi.
Mendengar bujukan Ibunya, Hanafi sangat amat marah, karena Hanafi
sungguh tidak mengetahui siapakah Rapiah itu dan Hanafi hanya suka
kepada Corrie, yang telah menolak cintanya.
Maka Ibu Hanafi menjelaskan
bahwa Rapiah adalah anak mamak, Sultan Batuah. Perjodohan itu
dikarenakan Ibu Hanafi berhutang budi kepada Sultan Batuah. Setelah
mendapat bujukan dari Ibunya, akhirnya Hanafi menerima perjodohan
itu, meskipun dengan sangat terpaksa. Dua tahun sudah usia pernikahan
Hanafi dan Rupiah, dan mereka dikaruniai seorang anak laki-laki yang
bernama Syafei. Pernikahan yang tidak didasari dengan rasa cinta itu
membuat rumah tangga mereka tidak pernah tentram. Setiap hari Hanafi
selalu memaki-maki istrinya karena hal yang sepele. Namun Rapiah
hanya diam dan tidak pernah melawan semua perlakuan suaminya.
Hal itulah yang membuat Ibu
Hanafi kagum kepada Rapiah, hingga suatu hari Hanafi murka kepada
Ibunya. Dengan tidak sengaja Ibunya menyumpahi Hanafi. Tiba-tiba
anjing gila mengigit pergelangan Hanafi hingga Hanafi harus berobat
ke Betawi. Sampai di Betawi Hanafi bertabrakan dengan seorang gadis
eropa, yang tidak lain adalah Corrie. Dengan amat senang mereka
berdua menghabiskan waktu untuk berjalan-jalan berdua menggunakan
sepeda angin. Sudah satu minggu Hanafi meninggalkan Solok, setelah
itu Hanafi mencari kerja di Kantor BB sebagai commies. Meskipun gaji
awal cukup kecil, namun hanafi sangat senang. Karena dia dapat
bertemu dengan Corrie setiap hari.
Hanafi berusaha keras untuk
mendapatkan Corrie, hingga hanafi rela berubah kewarganegaraan
menjadi Eropa. Setelah itu, Hanafi memohon kepada Corrie untuk
menerima ajakan pertunangannya. Karena rasa ibanya kepada Hanafi,
Corrie terpaksa menermanya. Meskipun Corrie harus menerima resiko,
yaitu dijauhi oleh teman-teman eropanya, Pesta pertunangan mereka
dilakukan dikediaman rumah teman Belandanya, namun tuan rumah nampak
tidak begitu suka dengan pertunangan itu. Karena dia tidak suka
bergaul dengan orang Belanda berkulit sawo matang.
Meskipun Rapiah dan Ibunya
tahu jika Hanafi akan menikah Corrie, namun Rapiah tetap menunggu
kedatangan Hanafi. Karena Ibu Hanafi sangat sayang kepada Rapiah,
bahkan sayangnya melebihi rasa sayangnya kepada Hanafi. Hanafi dan
Corrie sudah menjadi suami istri, maka tinggalah mereka dalam satu
rumah. Namun seiring berjalannya waktu, rumah tangga Hanafi dan
Corrie sudah tidak tentram lagi. Karena sifat Hanafi yang
keterlaluan, sampai menuduh Corrie berzina dengan orang lain. Karena
kehidupannya yang dalam kondisi tidak jelas, Bangsa Eropa maupun
Bangsa Melayu sudah tidak mau mengakui Hanafi, karena keangkuhan dan
kesombongannya. Pada akhirnya Corrie pergi ke Semarang untuk
menghindari Hanafi. Namun pada suatu hari, Hanafi menerima surat yang
memberi tahukan bahwa Corrie berada di Semarang.
Setelah beberapa hari, Hanafi
nekat pergi ke Semarang untuk mencari Corrie dirumah seorang
pengusaha anak-anak yatim. Namun sampai disana justru berita buruk
yang diterima oleh Hanafi. Bahwa Corrie masuk rumah sakit karena
sakit keras, yaitu kolera. Hingga akhirnya nyawa Corrie ridak dapat
ditolong lagi. Setelah kepergian Corrie, Hanafi pulang ke Solok untuk
menemui Ibunya. Setelah beberapa hari Hanafi sampai di Solok, ia
jatuh sakit karena menelan 6 butir sublimat, yang menyebabkan Hanafi
terus muntah darah dan akhrinya merenggut nyawanya.
Karya
Sastra Angkatan 30-an
Angkatan ‘30-an (Pujangga
Baru) merupakan angkatan yang berani menampilkan perubahan dari
angkatan ‘20-an. Perubahan ini tercermin dalam tema-tema yang
diangkat tidak lagi terpengaruh oleh budaya dan adat masyarakat lama.
Tokoh yang menonjol dalam angkatan ini antara lain, Armin Pane, Amir
Hamzah, dan Sutan Takdir Alisyahbana. Karya sastra yang menonjol pada
saat itu adalah novel Layar Terkembang karya Sutan Takdir
Alisyahbana.
B.
Ciri-ciri
Karya Sastra Angkatan ‘30
1)
Bahasa yang
dipakai adalah bahasa Indonesia modern, gaya bahasanya sudah tidak
menggunakan perumpamaan klise, pepatah, peribahasa.
2)
Temanya tidak
hanya tentang adat atau kawin paksa, tetapi mencakup masalah yang
kompleks, seperti emansipasi wanita, kehidupan kaum intelek, dan
sebagainya,
3)
Bentuk puisinya
adalah puisi bebas, mementingkan keindahan bahasa, dan mulai digemari
bentuk baru yang disebut soneta, yaitu puisi dari Italia yang terdiri
dari 14 baris,
4)
Pengaruh barat
terasa sekali, terutama dari Angkatan ’80 Belanda.
5)
Aliran yang
dianut adalah romantik idealisme, dan
6)
Setting yang
menonjol adalah masyarakat penjajahan.
C.
Bentuk karya
sastra Karya Sastra Angkatan ‘30
1.
Puisi
·
Ciri-ciri puisi
pada angkatan pujangga baru yaitu :
o
Puisinya
berbentuk puisi baru, bukan pantun dan syair lagi,
o
Bentuknya lebih
bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata,
maupun rima,
o
Persajakan
(rima) merupakan salah satu sarana kepuitisan utama,
o
Bahasa kiasan
utama ialah perbandingan,
o
Pilihan
kata-katanya diwarnai dengan kata-kata yang indah,
o
Hubungan antara
kalimat jelas dan hampir tidak ada kata-kata yang ambigu,
o
Mengekspresikan
perasaan, pelukisan alam yang indah, dan tentram.
·
Puisi baru
berdasarkan isinya yaitu :
o
Balada
adalah puisi berisi kisah/cerita.
o
Himne
adalah puisi pujaan untuk tuhan, tanah air, atau pahlawan.
o
Ode
adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa.
o
Epigram
adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup.
o
Romance
adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih.
o
Elegi
adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan.
o
Satire
adalah puisi yang berisi sindiran/kritik.
2.
Prosa
·
Ciri-ciri puisi
pada angkatan pujangga baru yaitu :
o
Berbentuk prosa
baru yang bersifat dinamis (senantiasa berubah sesuai dengan
perkembangan masyarakat),
o
Masalah yang
diangkat adalah masalah kehidupan masyarakat sehari-hari,
o
Alurnya maju,
o
Tidak banyak
sisipan-sisipan cerita sehingga alurnya menjadi lebih erat,
o
Teknik
perwatakannya tidak menggunakan analisis langsung. Deskripsi fisik
yang sedikit,
o
Sudut pandang
orang ketiga,
o
Gaya bahasanya
sudah tidak menggunakan perumpamaan, pepatah, dan peribahasa,
o
Bentuknya roman,
cerpen, novel, kisah, drama. Berjejak di dunia yang nyata,
berdasarkan kebenaran dan kenyataan,
o
Terutama
dipengaruhi oleh kesusastraan Barat
o
Dipengaruhi
siapa pengarangnya karena dinyatakan dengan jelas, dan
·
Prosa baru
berdasarkan isinya yaitu :
o
Roman
adalah cerita yang mengisahkan pelaku utama dari kecil sampai mati,
mengungkap adat/aspek kehidupan suatu masyarakat secara
mendetail/menyeluruh, alur bercabang-cabang, banyak digresi
(pelanturan). Roman terbentuk dari pengembangan atas seluruh segi
kehidupan pelaku dalam cerita tersebut. Contoh: karangan Sutan Takdir
Alisjahbana: Kalah dan Manang, Grota Azzura, Layar Terkembang, dan
Dian yang Tak Kunjung Padam
o
Riwayat
adalah suatu karangan prosa yang berisi pengalaman-pengalaman hidup
pengarang sendiri (otobiografi) atau bisa juga pengalaman hidup orang
sejak kecil hingga dewasa atau bahkan sampai meninggal dunia. Contoh:
Soeharto Anak Desa atau Prof. Dr. B.I Habibie atau Ki hajar
Dewantara.
o
Otobiografi
adalah karya yang berisi daftar riwayat diri sendiri.
o
Antologi
adalah buku yang berisi kumpulan karya terplih beberapa orang. Contoh
Laut Biru Langit Biru karya Ayip Rosyidi
o
Kisah
adalah riwayat perjalanan seseorang yang berarti cerita rentetan
kejadian kemudian mendapat perluasan makna sehingga dapat juga
berarti cerita. Contoh: Melawat ke Jabar – Adinegoro, Catatan di
Sumatera – M. Rajab.
o
Cerpen
adalah suatu karangan prosa yang berisi sebuah peristiwa kehidupan
manusia, pelaku, tokoh dalam cerita tersebut. Contoh: Tamasya dengan
Perahu Bugis karangan Usman. Corat-coret di Bawah Tanah karangan
Idrus.
o
Novel
adalah suatu karangan prosa yang bersifat cerita yang menceritakan
suatu kejadian yang luar biasa dan kehidupan orang-orang. Contoh:
Roromendut karangan YB. Mangunwijaya.
o
Kritik
adalah karya yang menguraikan pertimbangan baik-buruk suatu hasil
karya dengan memberi alasan-alasan tentang isi dan bentuk dengan
kriteria tertentu yangs ifatnya objektif dan menghakimi.
o
Resensi
adalah pembicaraan/pertimbangan/ulasan suatu karya (buku, film,
drama, dll.). Isinya bersifat memaparkan agar pembaca mengetahui
karya tersebut dari ebrbagai aspek seperti tema, alur, perwatakan,
dialog, dll, sering juga disertai dengan penilaian dan saran tentang
perlu tidaknya karya tersebut dibaca atau dinikmati.
o
Esei
adalah ulasan/kupasan suatu masalah secara sepintas lalu berdasarkan
pandangan pribadi penulisnya. Isinya bisa berupa hikmah hidup,
tanggapan, renungan, ataupun komentar tentang budaya, seni, fenomena
sosial, politik, pementasan drama, film, dll. menurut selera pribadi
penulis sehingga bersifat sangat subjektif atau sangat pribadi.
Karya Sastra Angkatan 45-an
Angkatan
’45 merupakan angkatan yang lahir pada masa sebelum dan awal
kemerdekaan, Pengalaman hidup dan gejolak sosial-politik-budaya telah
mewarnai karya sastrawan Angkatan ‘45. Karya sastra angkatan ini
lebih realistik dibanding karya Angkatan Pujangga baru yang romantik
– idealistik. Sehingga karya sastra angkatan ini banyak bercerita
tentang perjuangan merebut kemerdekaan. Angkatan ini memiliki konsep
seni yang diberi judul “Surat Kepercayaan Gelanggang”. Konsep ini
menyatakan bahwa mereka ingin bebas berkarya sesuai alam kemerdekaan
dan hati nurani. Penulis yang termasuk angkatan ’45 adalah Chairil
Anwar, Asrul Sani, Idrus, Achdiat K. Mihardja, dan masih banyak
penulis lainnya. Karya sastra yang dihasilkan oleh angkatan ini
diantaranya yang terkenal adalah Kerikil Tajam, Dari Ave Maria ke
Jalan Lain ke Roma, Atheis, dan banyak lainnya.
Ciri-ciri
Angkatan ’45 adalah:
- Terbuka
- Pengaruh unsur sastra asing lebih luas
- Corak isi lebih realis, naturalis
- Individualisme sastrawan lebih menonjol, dinamis, dan kritis
- Penghematan kata dalam karya
- Ekspresif
- Sinisme dan sarkasme
- Karangan prosa berkurang, puisi berkembang
Contoh
sastra pada masa Angkatan ’45:
- Tiga Menguak Takdir (Chairil Anwar-Asrul Sani-Rivai Apin)
- Deru Campur Debu (Chairil Anwar)
- Kerikil Tajam dan yang Terampas dan yang Putus (Chairil Anwar)
- Pembebasan Pertama (Amal Hamzah)
- Kata Hati dan Perbuatan (Trisno Sumarjo)
- Tandus (S. Rukiah)
- Puntung Berasap (Usmar Ismail)
- Suara (Toto Sudarto Bakhtiar)
- Surat Kertas Hijau (Sitor Situmorang)
- Dalam Sajak (Sitor Situmorang)
Rekaman
Tujuh Daerah (Mh. Rustandi Kartakusumah)
Karya
Sastra Angkatan 66-an
Angkatan
ini lahir di antara anak-anak muda dalam barisan perjuangan. Angkatan
ini mendobrak kemacetan-kemacetan yang disebabkan oleh
pemimpin-pemimpin yang salah urus. Para mahasiswa mengadakan
demonstrasi besar-besaran menuntut ditegakkannya keadilan dan
kebenaran.
Ciri-ciri
sastra pada masa Angkatan ’66 adalah: bercorak perjuangan
antitirani, protes politik, anti kezaliman dan kebatilan, bercorak
membela keadilan, mencintai nusa, bangsa, negara dan persatuan,
berontak terhadap ketidakadilan, pembelaan terhadap Pancasila, berisi
protes sosial dan politik. Hal tersebut diungkapkan dalam karya
sastra pada masa Angkatan ’66 antara lain: Pabrik (Putu
Wijaya), Ziarah (Iwan
Simatupang), serta Tirani dan Benteng (Taufik Ismail).
Contoh
Karya :
1.
Berontak
terhadap Sistem pemerintahan yang buruk
Kau
tertawa diatas kekuasaan
Kau
diam dalam tahumu
Apa
yang kau kerjakan disana?
Ribuan
rakyat mengeruk sejumput tanah demi hidup
Diam-diam
kau merayap bersama kekuasaan
Menindas
tubuh kecil tak berdaya
Bertopeng
malaikat tapi menikam
Membela
tapi memindas
Berjuta
manusia berharap untuk hari esok
Tapi
kau remuk redam mereka
Kau
hancurkan dengan seonggok harapan kosong
Kau
hitamkan dengan janji-janji tiada arti
Penindasan
Para Penguasa
“Kurnia
laelasari “
2.
Bercorak
perjuangan anti tirani proses politik, anti kezaliman dan kebatilan
Kawan
dengarkanlah
Kengerian
terlalu lama
Di
tanah yang harusnya kita merasa bangga
Bila
kau tak bicara
Kita
lelah menanam dusta
Bukankah
menderita adalah kita juga?
Hey
Negeri ???
Kapankah
akan berhenti !
Hey
Negeri ???
Kapankah
mungkin kita akhiri !
Hey
Negeri
“ Rindy
Wahyu Budi P.”
3.
Bercorak
membela keadilan
Kau
para penjahat bersragram
Lihatlah,
para gelandangan kelaparan
Beratapkan
langit, beralaskan jalan
Mengais
sampah mencari makan
Tak
pernah mereka rasakan
Dunia
dengan penuh kemewahan
Disatu
sisi,
Negara
ini Negara demokrasi
Hukumpun
kita taati
Tapi
mereka tak pernah menerima aspirasi
Mereka
abaikan demonstrasi
Memimpin
Negara dengan emosi
Sidang
pun anarki
Hingga
puisi pun mereka kali
Antara
penjahat dan pejabat “
Deta
ervita sari”
4.
Mencintai
nusa, bangsa, negara dan persatuan
Kenapa
kau beri hutang di negeri asing
kenapa
kau wariskan ekonomi yang bikin pusing
kenapa
kau ceritakan saat ini puing-puing frustasi
hanya
para korupsi, yang buat rakyat mati berdiri
tanah
air ku, disini kutumpahkan darah ini
disini
dulu kami berjuang hingga mati
disini
dulu kami saling berjuang
melupakan
perbedaan ras, agama dan suku untuk menang
tanah
air ku, mengapa sekarang kau suram
kenapa
tanah air mu terbengkang
kenapa
keindahan ini tak lagi cemerlang
kenapa
penghunimu hanya berebut jabatan dan kekayaan
dari
sudut pedesaan
dari
sudut perkotaan
masih
ada generasi-generasi muda yang berjuang
berpikir
dan mencoba bangkit dari keterpurukan
kami
disini masih cinta
kami
disini masih sayang
tanah
air ku satu bernama Indonesia
negeri
ku bhineka tunggal ika
Indonesia
Tanah Air Ku“
Heru Nurananto “
5.
Banyak
mengemukakan cerita-cerita dan kepercayaan rakyat sebagai pokok-pokok
sajak balada.
Biarkanlah
mereka tenang
Biarkanlah
mereka damai
Dan
biarkanlah mereka menjadi diri sendiri
Jangan
sampai kau sedikitpun
Membuat
mereka marah
Mereka
murka
Atau
mereka yang akan memakan kita !!!
Dewi
Sri akan selalu memberikan butiran-butiran suci
Dan
langit akan selalu meneteskan air matanya
Biarkan
semua itu
Sebuah
berkah yang maha
Agar
kita belajar bijaksana
Rawat,
Lindungi, berilah kasih sayang
Jangan
sampai jadi durhaka
Hanya
ini lah cara kita !
Cara
Kita
“
Puput Alviani”
6.
Ada
gambaran suasana muram karena menggambarkan hidup yang penuh
penderitaan
Jika
kupaksakan dengan peluh jua
Tetap
saja hanya untuk makan sehari
Terkadang
ingin kuberdiam saja
Melawan
suara risau nyanyian perut
Hidup
hari ini
Bergantung
pada kerja kemaren
Hidup
besok
Bergantung
pada kerja hari ini
Jika
kutadahkan tangan meminta
Hatiku
remuk menolak hina
Jika
teringat nasib untuk berubah
Ragaku
rapuh menopang gagal
Demi
Sesuap Saja “
Selvia”
7.
Mengungkapkan
masalah-masalah sosial; kemiskinan, pengangguran,
perbedaan kaya miskin yang besar, belum adanya pemerataan hidup
Di
sudut ingar bingar kota diacuhkan
Terasingkan
dari kelayakan
Menatap
haru hidup di hari esok
Hari
untuk menyambung urat nadi
Jiwanya
tangguh menerjang badai kemiskinan
Raganya
nestapa melawan arus kenyataan
Tak
terperi tergerus oleh ketidakadilan
Meraung
melawan kenyataan
Dia
bagaikan suara katak di malam hujan
Di
acuhkan di sudut kota besar
Hanya
teman kemiskinan yang setia
Hanya
nafas yang masih tersisa
Derita
Di Sudut Kota “
Kurnia
Laelasari”
8.
Protes
sosial dan politik
Terlalu
jauh perkataannya
Tak
nampak rata ataupun sama
Semua
terlihat sangat jauh beda
Bla
, , ,bla, , ,bla, , ,bla, , ,
Pandai
benar bermain
kata – kata
Entah
benar , entah salah
Tak
ada yang mengira
Ngoceh
sana, ngoceh sini
Mengumbar
janji tanpa bukti
Kau
memang pandai bersilat lidah
Kau
pandai juga memutar balik fakta
Dasar
tikus politik
!
Tak
tau norma,
Tak
paham
pula
agama
Buta
mata karena harta
Telanjangilah
matamu,
Tak
nampak kah kehidupan sekitarmu ?
Wajah-wajah
tergusur yang hanya dapat
Melihat
tingginya kopiah yang kau kenakan
Dasar
tikus politik !
Tak
hanya buta mata
Namun,
Buta hati dan telinga !!
Tikus
Politik
“
Puput Alviani “